Dzikir petang ini bagus sekali untuk diamalkan.
Hadits #1455
وَعَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – قَالَ: كَانَ نَبِيُّ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – إِذَا أَمْسَى قَالَ: «أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى المُلْكُ للهِ، وَالحَمْدُ للهِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ» قَالَ الرَّاوِي: أَرَاهُ قَالَ فِيهِنَّ: «لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، رَبِّ أسْألُكَ خَيْرَ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا، رَبِّ أعُوذُ بِكَ مِنَ الكَسَلِ، وَسُوءِ الكِبَرِ ، رَبِّ أعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ، وَعَذَابٍ فِي القَبْرِ»، وَإذَا أصْبَحَ قَالَ ذَلِكَ أيضًا «أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ المُلْكُ للهِ». رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki petang hari, beliau mengucapkan, ‘AMSAYNAA WA AMSAL MULKU LILLAH, WALHAMDULILLAH, LAA ILAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIKA LAH (Kami memasuki waktu petang hari dan segala kekuasaan hanya milik Allah dan juga segala puji hanya milik Allah, tidak ada sesembahan kecuali Allah Yang Maha Esa tidak ada sekutu bagi-Nya).’” Perawi berkata, “Aku melihat beliau membaca: LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA ‘ALA KULLI SYAI-IN QODIIR, ROBBI AS-ALUKA KHOIRO MAA FII HADZIHIL LAILAH WA KHOIRO MAA BA’DAHAA, WA A’UDZU BIKA MIN SYARRI MAA FII HADZIHIL LAILAH WA SYARRI MAA BA’DAHAA, ROBBI A’UDZU BIKA MINAL KASALI WA SU-IL KIBAR, ROBBI A’UDZU BIKA MIN ‘ADZABIN FIN NAARI, WA ‘ADZAABIN FIL QOBRI (Bagi-Nya lah segala puji dan bagi-Nya lah segala kekuasaan. Dan dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatunya. Ya Allah, aku meminta kepadamu segala kebaikan yang ada pada malam ini dan kebaikan yang terdapat setelahnya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari segala kejelekan yang ada pada malam ini dan kejelekan yang ada setelahnya. Wahai Rabbku, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan, masa tua yang jelek. Wahai Rabbku, aku berlindung kepada-Mu dari siksa di dalam neraka dan siksa di dalam kubur).” Jika di pagi hari, beliau membaca pula, “ASH-BAHNAA WA ASH-BAHAL MULKU LILLAHI (Kami memasuki waktu pagi dan segala kekuasaan hanya milik Allah) …” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 2723]
Faedah Hadits
- Pagi dan petang diatur dengan kuasa Allah, sehingga bergantilah malam dan siang.
- Ketika pagi dan petang, ada kaum yang ditinggikan dan kaum yang direndahkan, maka kita sepatutnya bisa berdzikir pada waktu tersebut.
- Allah yang merajai dan Allah itu raja yang menguasai segala sesuatu.
- Kalau kita tahu bahwa kerajaan itu milik Allah, maka kita seharusnya bergantung pada Allah, mengkhususkan ibadah kepada-Nya, serta rajin memuji dan bersyukur kepada-Nya.
- Allah Subhanahu wa Ta’ala itu Al-Wahid, yaitu Allah Esa dalam dzat, sifat, dan perbuatan, tidak ada sekutu bagi Allah. Tidak ada satu makhluk pun yang setara dengan Allah.
- Malas dan mendapati waktu tua yang jelek menjadikan seseorang enggan melakukan ketaatan, enggan bersyukur, dan enggan taat. Oleh karena itu, kita meminta perlindungan kepada Allah dari keadaan malas dan masa tua yang jelek.
- Hendaklah kita bisa bersungguh-sungguh dalam ketaatan dan memperbagus ibadah.
- Siksa kubur benar adanya. Dalil tentang penetapan hal ini adalah hadits mutawatir.
Berlindung dari Keadaan Jelek di Waktu Tua
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa meminta perlindungan dengan doa,
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَرَمِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ
“ALLOHUMMA INNI A’UDZU BIKA MINAL KASL WA A’UDZU BIKA MINAL JUBN, WA A’UDZU BIKA MINAL HAROM, WA A’UDZU BIKA MINAL BUKHL” (Artinya: Ya Allah, aku meminta perlindungan kepada-Mu dari rasa malas, aku meminta perlindungan kepada-Mu dari lemahnya hati, aku meminta perlindungan kepada-Mu dari usia tua (yang sulit untuk beramal) dan aku meminta perlindungan kepada-Mu dari sifat kikir atau pelit).” (HR. Bukhari, no. 6371)
Ada empat hal yang diminta dilindungi dalam doa di atas:
1- Sifat al-kasal, yaitu tidak ada atau kurangnya dorongan (motivasi) untuk melakukan kebaikan padahal dalam keadaan mampu untuk melakukannya. Inilah sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Nawawi rahimahullah.
Bedanya dengan kasal dan ‘ajz, ‘ajzitu tidak ada kemampuan sama sekali, sedangkan kasal itu masih ada kemampuan namun tidak ada dorongan untuk melakukan kebaikan.
2- Sifat al-jubn, artinya berlindung dari rasa takut (lawan dari berani), yaitu berlindung dari sifat takut untuk berperang atau tidak berani untuk beramar makruf nahi mungkar. Juga doa ini bisa berarti meminta perlindungan dari hati yang lemah.
3- Sifat al-harom, artinya berlindung dari kembali pada kejelekan umur (di masa tua). Ada apa dengan masa tua? Karena pada masa tua, pikiran sudah mulai kacau, kecerdasan dan pemahaman semakin berkurang, dan tidak mampu melakukan banyak ketaatan.
4- Sifat al-bukhl, artinya berlindung dari sifat pelit (kikir). Yaitu doa ini berisi permintaan agar seseorang bisa menunaikan hak pada harta dengan benar, sehingga memotivasinya untuk rajin berinfak (yang wajib atau yang sunnah), bersikap dermawan dan berakhlak mulia. Juga doa ini memaksudkan agar seseorang tidak tamak dengan harta yang tidak ada padanya. (Lihat Syarh Shahih Muslim, 17:28-30)
Baca dzikir petang secara lengkap:
Referensi:
- Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim. Cetakan pertama, Tahun 1433 H. Yahya bin Syarf An-Nawawi. Penerbit Dar Ibnu Hazm.
- Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
—
Diselesaikan di Pesantren Darush Sholihin, Kamis, 16 Muharram 1440 H
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com